Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2015

Buku tentang Cinta

Setahun belakangan, karena alasan tertentu, aku benar-benar menghindar dari segala yang berbau cerita cinta. Dimulai dari novel, lagu, film, hingga dalam percakapan. Tapi di suatu sabtu, ‘kecelakaan’ itu terjadi. Di awali dari bangun pagi dan berangkat kerja setelah sarapan. Sabtu adalah hari wajib sarapan, kalau kata ka intan mah, ‘ monster day ’. Sabtu adalah hari dimana pasien akan membludak karena beberapa tempat kerja sudah diliburkan. Dan hari ini terlewati. Ketika mengambil tas di loker, seorang rekan kerja menyapaku, “ selamat ya, ibu PJS, karena sudah melewati hari ini .” Aku hanya tersenyum, I have nothing to reply that. Aku kemudian mengajak zaki ke Rumah Buku. Entah ada event apa *aku lupa*, pokoknya kalau membeli buku sejumlah harga di atas Rp.300.000, dapat diskon 30%. Sayangnya hanya berlaku sampai jam 7 pm. Sesampainya di rumah buku, langsung sholat magrib. Lantas aku dan zaki bergentayangan mencari buku. Buku yang sudah direncanakan tidak ditemukan. Waktu

Sekedar Numpang

Ketika menginap di rumah orang lain, tentunya (kalau masih waras), kita tidak akan bertindak seenaknya. Kita akan mengikuti aturan si pemilik rumah agar tidak menimbulkan kesan tidak baik. Atau setidaknya secara tidak langsung, itulah salah satu cara menunjukkan rasa terima kasih kita terhadap kebaikan pemilik rumah. Karena menyadari bahwa diri ini hanya sekedar numpang. Demikianlah ketika Allah memberikan kesempatan tinggal di Bumi. Bumi ini milik Allah. Menjalankan hidup yang sesuai dengan aturan Allah adalah salah satu cara bersyukur kepada-Nya. Di sini hanya sementara, sekedar numpang berteduh. Sekedar singgah menjalani ujian, lantas ‘dipanggil’ pertanda waktu ujian telah berakhir. Allah pun telah berfirman, " Dan tidaklah kehidupan dunia ini selain dari senda gurau dan permainan belaka. Dan sungguh negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka, tidakkah kamu memahaminya? " - QS. Al-An'am: 32 Bandung, 15 September 2015

Pilihan dan Keinginan

Tidak semua pilihan kita adalah keinginan kita. Dan tidak semua keinginan dapat menjadi pilihan kita. Bisa saja pilihan itu dipilih karena rencana tidak berjalan sebagaimana mestinya, atau karena keadaan memaksa. Sama halnya dengan hidup yang ku jalani saat ini. Pada saat S1, aku bahkan berpikir tidak ingin bekerja di rumah sakit. Namun karena sesuatu terjadi di akhir kuliah pendidikan apoteker, jadilah kini aku bekerja di rumah sakit. Memang pilihanku, tapi bukan inginku. Memilih artinya menerima konsekuensi pilihan itu. Bekerja di rumah sakit berarti siap menjalani jam kerja shift. Dampaknya aku jadi jarang dihubungi orang tuaku, karena jam istirahat kami yang berbeda. Jauh dari teman karena jadwal kerja yang berbeda. Libur di saat orang lain sedang tidak libur. Pasangan hidup? Entah darimana datangnya kalau sering pulang dengan pikiran kusut dan mengungkapkan stressnya dengan banyak tidur, kemudian menyadari bahwa aku bukanlah seseorang yang menarik hati. Hehe. Tapi kala