Hello, rekan sejawat farmasis Indonesia~
Infus NaCl 3%
Semoga selalu semangat untuk belajar ya! *mendoakan diri sendiri hahaha*. Di malam minggu yang tengah diguyur hujan ini, saya ingin berbagi ilmu terkait 2 jenis dari sekian banyak obat yang digolongkan sebagai High-alert medications (berdasarkan ISMP – Institute for Safe Medications Practice), yaitu NaCl 3 % dan Sediaan Nutrisi Parenteral (atau sering disebut TPN, padahal belum tentu sediaan tersebut benar-benar sebagai nutrisi parenteral ‘total’, karena bisa jadi hanya sebagai nutrisi parenteral ‘parsial’). Jadi, mengapa NaCl 3% & Sediaan Nutrisi Parenteral merupakan bagian dari High-Alert Medications? Let’s find the answer!
Infus NaCl 3%
NaCl 3% adalah 3 gram NaCl dalam 1 L WFI, yang artinya 1 L mengandung
Natrium 513 mEq/L dan Klorida 513 mEq/L. NaCl 3% diberikan pada kondisi
hiponatremia. Dikutip dari Applied
Therapeutics 10th Ed – Koda Kimble, 1/3
dari defisit natrium diberikan pada 12 jam pertama dengan kecepatan <0.5 mEq/L/jam, sedangkan sisanya (2/3 defisit
natrium) diberikan salam 24-48 jam. Sehingga setiap pasien memiliki kecepatan infus masing-masing, cara
menghitungnya bisa dilihat di sini. *pengen dijelaskan di sini, tapi takut postingnya
jadi panjang*
Kenapa kecepatan aman infus harus dihitung dan diberikan dengan pelan?
Karena koreksi hiponatrium yang terlalu cepat meningkatkan risiko komplikasi
CNS serius (cerebral edema, pontine myelinolysis, seizures) dan/atau pulmonary
edema. Silahkan googling dengan kata
kunci “rapid correction of hyponatremia induced pontine myelinolysis” bagi yang penasaran.
Sudah menjadi pengetahuan umum (di kalangan farmasis) bahwa cairan yang
bernilai isotonis dengan darah adalah NaCl 0,9%. Maka, NaCl 3% merupakan cairan
hipertonis. Efek dari pemberian cairan hipertonis menyebabkan sel eritrosit
mengkerut karena keluarnya air dari eritrosit sebagai upaya menyamakan
konsentrasi garam di dalam dan luar sel. Alasan tersebut juga menjadikan NaCl 3%
harus diberikan dengan cara infus lambat.
Hal yang harus dilakukan oleh instalasi farmasi:
(1) berikan stiker “High-Alert
Medication”
(2) berikan peringatan pada etiket “HIGH
ALERT! LARUTAN KONSENTRAT, DIBERIKAN SECARA
INFUS LAMBAT!”
*kalimatnya tidak harus sama seperti di atas, ini saya kutip dari Rumah
Sakit tempat saya bekerja (dulu)
Sediaan Nutrisi Parenteral
Sediaan nutrisi parenteral merupakan sediaan yang mengandung karbohidrat,
protein, lipid, elektrolit, vitamin dan mineral yang diberikan secara intravena.
Nutrisi parenteral dierikan untuk pasien yang tidak bisa menerima nutrisi
melalui saluran pencernaan.
“Lah terus kenapa harus
hati-hati? Kan nutrisi”
Let’s recall our knowledge
about osmolarity.
Sependek pengetahuan saya, nutrisi parenteral yang beredar di indonesia selalu
mencantumkan persentase kandungan dextrosa (jika mengandung dextrosa) dan nilai
osmolaritasnya pada kemasan atau brosur. Gunanya apa? Yup, untuk menentukan
akses vena yang akan digunakan untuk pemberian nutrisi parenteral.
Nutrisi parenteral dapat diberikan melalui vena perifer jika memiliki
osmolaritas 600-900 mOsm/L, konsentrasi asam amino 3-5%, konsetrasi akhir
dextrosa <10% (dewasa) dan <12,5 % (anak).
Nutrisi parenteral diberikan melalui vena central jika bersifat hiperosmol
(>900 mOsm/L), asam amino 5-10% dan konsetrasi dextrosa melebihi 12%.
Larutan hiperosmol yang diberikan melalui vena perifer berpotensi
mengiritasi vena dan menyebabkan thrombophlebitis
Yang harus dilakukan oleh unit farmasi:
(1) berikan stiker “High-Alert
Medication”
(2) berikan informasi kepada dokter dan perawat terkait osmolaritas, asam amino, dan
konsentrasi dextrosa pada sediaan sebagai pertimbangan pemilihan akses vena.
***
Dear rekan sejawat,
Kita memang tidak memiliki hak dalam memutuskan terapi, namun kita memiliki
kewajiban untuk memberikan informasi terkait sediaan obat semacam ini. Disadari
atau tidak, hal yang sepertinya kecil ini bisa memberikan keuntungan tak
ternilai bagi pasien. Kenapa? Karena informasi ini melindungi pasien dari adverse drug reaction.
Pengetahuan terus berkembang, bisa jadi suatu hari informasi yang saya
bagikan ini mengalami perubahan. Maka, post ini sebaiknya hanya dijadikan
sebagai pengetahuan pengantar untuk menjawab sedikit rasa ingin tau
teman-teman. Pergilah ke literatur tersier untuk mendapatkan ilmu yang
reliable, dan pergilah ke literatur primer untuk mendapatkan ilmu update yang
terbaru (eits, tapi hati-hati dengan literatur primer, lakukan critical appraisal sebelum menelannya).
Sumber:
Available online
source: drugs.com, GlobalRph (http://www.globalrph.com/sodium_chloride_dilution.htm)
Goeswin Agoes (2013) – Sediaan Farmasi Steril
Koda-Kimble and Young’s (2013) – Applied Therapeutics The Clinical Use of
Drugs
Susan M. Stein (2010) - BOH’s Pharmacy Practice Manual
Komentar
Posting Komentar