Langsung ke konten utama

Obat yang Mempengaruhi Pembekuan Darah

Ketika terjadi pembekuan darah di pembuluh darah, maka aliran darah menuju jaringan tujuan akan terhambat. Hal ini dapat menyebabkan stroke, serangan jantung atau cilculatory crises. Sehingga pada pasien dengan risiko stroke dan serangan jantung kerap kali mendapatkan aspirin, klopidogrel atau dabigatran untuk mencegah terjadinya pembekuan darah. Kadang pasien bertanya, “kan kemaren saya pakai aspirin, nah kenapa sekarang pakai warfarin?” Ada juga keluarga pasien yang menolak penggunaan streptokinase karena harganya yang jutaan, sehingga pada akhirnya dokter memutuskan mengubah terapi menjadi enoxaparin. Lantas apa bedanya obat-obat tersebut? Karena katanya apoteker itu drugs expert (tapi gak berlaku untuk saya yang gak sengaja menjadi apoteker ini), mari kita review bersama.

Antiplatelet

Jika suatu atheroma (deposit lemak pada dinding arteri) terbentuk, platelet pada darah akan terstimulasi untuk mengumpul di sekitar area ini dan membentuk pembekuan darah. Kelompok obat golongan antiplatelet bekerja dengan mengurangi interaksi agregasi platelet untuk membentuk gumpalan. Pada aplikasinya, antiplatelet digunakan untuk mencegah terjadinya pembekuan darah pada kondisi setelah operasi jantung atau suatu serangan jantung. Anggota antiplatelet yang telah diakui FDA yaitu aspirin, klopidogrel, cilostazol, dipyridamole, eptifibatide, prasugrel dan ticlopidine. Masing-masing agen tersebut memiliki mekanisme dan tempat kerja spesifik, sehingga ada yang dikombinasikan untuk memperoleh efek sinergis.

Antikoagulan

Pembekuan darah dapat terjadi pada dinding pembuluh daarah dimana platelet berikatan dengan protein fibrin. Kelompok obat antikoagulan bekerja dengan menghambat trombin yang mampu mengaktifkan fibrinogen menjadi fibrin, sehingga mencegah pembekuan darah. Antikoagulan mencegah pembentukan gumpalan baru dan membesarnya gumpalan yang sudah ada. Tidak seperti trombolitik, antikoagulan tidak mampu menguraikan pembekuan darah yang sudah terbentuk. Kelompok obat ini digunakan pada kondisi pasien dengan risiko tinggi mengalami pembekuan darah, seperti pada riwayat gagal jantung dan pasien yang hanya mampu berbaring di tempat tidur dalam waktu yang lama. Contoh obat golongan ini yaitu apixaban, argatroban, bivalirudin, dabigatran, dalterparin, heparin, warfarin, dan enoxaparin.

Trombolitik

Obat ini berperan dengan menstimulasi konversi plasminogen yang tidak aktif menjadi plasmin aktif. Plasmin merupakan enzim yang memecah fibrin sehingga menguraikan pembekuan darah yang telah terbentuk, mengembalikan peredaran darah normal menuju jantung. Thrombolitik digunakan pada kondisi sedang atau telah terjadi pembekuan darah, seperti pada serangan jantung, stroke iskemik dan pulmonary embolism. Trombolitik yang sering digunakan yaitu Streptokinase, Alteplase dan TPA (tissue plasminogen activator). Pemilihan agen trombolitik disesuaikan dengan kondisi pasien dan indikasi masing-masing agen yang telah diakui. Penggunaan obat ini berpacu dengan waktu, misalnya streptokinase yang harus diberikan dalam waktu maksimal 4 jam setelah onset infark miokard. Apoteker di setiap rumah sakit harus menetapkan minimal stok untuk obat ini. Jangan sampai pasien datang ke IGD dalam keadaan memerlukan obat ini dan obat sedang tidak tersedia.


Pustaka:
Know Your Drugs and Medication. By the American Medical Association.
Medscape. By WebMD. 
Lippincott's Illustrated Reviews: Pharmacology, 4th Edition. By Lippincott Williams & Wilkins.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa NaCl 3% & Nutrisi Parenteral merupakan High-Alert Medications?

Hello, rekan sejawat farmasis Indonesia~ Semoga selalu semangat untuk belajar ya! * mendoakan diri sendiri hahaha *. Di malam minggu yang tengah diguyur hujan ini, saya ingin berbagi ilmu terkait 2 jenis dari sekian banyak obat yang digolongkan sebagai High-alert medications (berdasarkan ISMP – Institute for Safe Medications Practice), yaitu NaCl 3 % dan Sediaan Nutrisi Parenteral (atau sering disebut TPN, padahal belum tentu sediaan tersebut benar-benar sebagai nutrisi parenteral ‘total’, karena bisa jadi hanya sebagai nutrisi parenteral ‘parsial’). Jadi, mengapa NaCl 3% & Sediaan Nutrisi Parenteral merupakan bagian dari High-Alert Medications? Let’s find the answer!  Infus NaCl 3%   NaCl 3% adalah 3 gram NaCl dalam 1 L WFI, yang artinya 1 L mengandung Natrium 513 mEq/L dan Klorida 513 mEq/L. NaCl 3% diberikan pada kondisi hiponatremia. Dikutip dari Applied Therapeutics 10th Ed – Koda Kimble , 1/3 dari defisit natrium diberikan pada 12 jam pertama dengan kecepatan &l

Bioavailabilitas

Hai sodara-sodaraa~ Saya apoteker baru yang masih menganggur. Blog saya terlalu sering diisi dengan curhat-curhat ga jelas. Saatnya jadi apoteker beneran >__< Berikut akan berbagi ilmu terkait bioavailabilitas obat. Bioavailabilitas Bioavailabilitas adalah fraksi obat yang diberikan dan obat yang mencapai sirkulasi sistemik. Bioavailabilitas dinyatakan sebagai fraksi obat yang masuk ke sirkulasi sistemik dalam bentuk tidak berubah secara kimia. Misalnya jika 100 mg obat diberikan melalui oral dan 70 mg dari obat diabsorbsi dalam bentuk tidak berubah, bioavailabilitasnya adalah 0,7 atau 70%. Penentuan Bioavailabilitas Bioavailabilitas ditentukan melalui perbandingan level obat dalam plasma setelah rute pemberian tertentu (misalnya oral) dengan level obat dalam plasma melalui injeksi IV dimana semua agen dapat secara cepat memasuki sirkulasi. Ketika obat diberikan melalui oral, kadang hanya sebagian jumlah obat yang ditemukan dalam plasma. Melalui plot konsentr