Langsung ke konten utama

Last Battle For 2nd Semester

Setelah ujiab 8 mata kuliah terlewati, hari senin (28/6/10) UAS di semester 2 ditutup dengan Kimia Fisika. Mata kuliah ini terkenal gak kenal ampun dalam ngasih soal. Ujian praktikumnya aja bikin saya gak bisa senyum..

Berakhirlah ujian Kimia Fisika di Aula Farmasi. Saya pun pergi ke gedung 3, tepatnya Aula Dekanat FMIPA UNLAM. Presentasi Hasil Praktikum PLLB masih 1 jam lagi, jadi duduklah saya di luar bareng temen se-prodi. Tiba-tiba ketemu segerombol senior. Mereka cerita kalo nilai Kimia Farmasi Analisis mereka pada jelek. “Nilai praktikum dan mid nya aja rata-rata 20-40,” kata ka Nadia. Di papan pengumuman nilai mereka ditempelin. Nilai rata-ratanya adalah C, D dan E. saya jadi kepikiran mata kuliah Kimia Aanalisis, karena dosen pengampunya sama dengan Kimia Farmasi Analisis.

Nekat nanya ke Bu Lely, dosen Kimia Analisis juga yang jadi koordinator Praktikum. Kata beliau nilainya pada jelek. Kalo gak lulus Kimia Analisis, ga boleh ngambil Kimia Farmasi Analisis I. semoga nilanya gak di bawah B deh. Amiin. >_<
 
Dan waktu menunjukkan jam 13 wita. Presentasi PLLB pun dimulai. Dalam 1 kelompok terdiri dari 6 prodi (Matik, Fisika, Biologi, Kimia, Farmasi dan Ilmu Komputer). Dari kelompok saya udah kami sepakati, Farhan (Ilkomp) sebagai operator, Riduan (Matik) sebagai moderator dan Ricky (Fisika) sebagai presentator. Sementara nunggu giliran kelompok kami untuk presentasi, saya masih kepikiran nilai semester 2 yang tingkat kesulitannya BERBEDA SEKALI dengan semester 1. Benar-benar kepikiran.

Tibalah saatnya kelompok kami untuk presentasi. Tapi herannya, yang maju Cuma Farhan dan Riduan. Tapi ah saya cuek saja, toh mereka yang maju.

Riduan mulai ngomong,
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Kami dari kelompo 8 akan mempresentasikan hasil praktikum PLLB. Dengan saya sebagai moderator dan kepada presentator dipersilahkan untuk mempresentasikan hasil praktikum, ROSYLIANTI silahkan.”
 
Jegerr!! Saya Cuma belajar Kimia Fisika tadi malam, gak nyentuh PLLB. T__T

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa NaCl 3% & Nutrisi Parenteral merupakan High-Alert Medications?

Hello, rekan sejawat farmasis Indonesia~ Semoga selalu semangat untuk belajar ya! * mendoakan diri sendiri hahaha *. Di malam minggu yang tengah diguyur hujan ini, saya ingin berbagi ilmu terkait 2 jenis dari sekian banyak obat yang digolongkan sebagai High-alert medications (berdasarkan ISMP – Institute for Safe Medications Practice), yaitu NaCl 3 % dan Sediaan Nutrisi Parenteral (atau sering disebut TPN, padahal belum tentu sediaan tersebut benar-benar sebagai nutrisi parenteral ‘total’, karena bisa jadi hanya sebagai nutrisi parenteral ‘parsial’). Jadi, mengapa NaCl 3% & Sediaan Nutrisi Parenteral merupakan bagian dari High-Alert Medications? Let’s find the answer!  Infus NaCl 3%   NaCl 3% adalah 3 gram NaCl dalam 1 L WFI, yang artinya 1 L mengandung Natrium 513 mEq/L dan Klorida 513 mEq/L. NaCl 3% diberikan pada kondisi hiponatremia. Dikutip dari Applied Therapeutics 10th Ed – Koda Kimble , 1/3 dari defisit natrium diberikan pada 12 jam pertama dengan kecepatan &l

Bioavailabilitas

Hai sodara-sodaraa~ Saya apoteker baru yang masih menganggur. Blog saya terlalu sering diisi dengan curhat-curhat ga jelas. Saatnya jadi apoteker beneran >__< Berikut akan berbagi ilmu terkait bioavailabilitas obat. Bioavailabilitas Bioavailabilitas adalah fraksi obat yang diberikan dan obat yang mencapai sirkulasi sistemik. Bioavailabilitas dinyatakan sebagai fraksi obat yang masuk ke sirkulasi sistemik dalam bentuk tidak berubah secara kimia. Misalnya jika 100 mg obat diberikan melalui oral dan 70 mg dari obat diabsorbsi dalam bentuk tidak berubah, bioavailabilitasnya adalah 0,7 atau 70%. Penentuan Bioavailabilitas Bioavailabilitas ditentukan melalui perbandingan level obat dalam plasma setelah rute pemberian tertentu (misalnya oral) dengan level obat dalam plasma melalui injeksi IV dimana semua agen dapat secara cepat memasuki sirkulasi. Ketika obat diberikan melalui oral, kadang hanya sebagian jumlah obat yang ditemukan dalam plasma. Melalui plot konsentr

Obat yang Mempengaruhi Pembekuan Darah

Ketika terjadi pembekuan darah di pembuluh darah, maka aliran darah menuju jaringan tujuan akan terhambat. Hal ini dapat menyebabkan stroke, serangan jantung atau cilculatory crises . Sehingga pada pasien dengan risiko stroke dan serangan jantung kerap kali mendapatkan aspirin, klopidogrel atau dabigatran untuk mencegah terjadinya pembekuan darah. Kadang pasien bertanya, “ kan kemaren saya pakai aspirin, nah kenapa sekarang pakai warfarin? ” Ada juga keluarga pasien yang menolak penggunaan streptokinase karena harganya yang jutaan, sehingga pada akhirnya dokter memutuskan mengubah terapi menjadi enoxaparin. Lantas apa bedanya obat-obat tersebut? Karena katanya apoteker itu drugs expert (tapi gak berlaku untuk saya yang gak sengaja menjadi apoteker ini), mari kita review bersama. Antiplatelet Jika suatu atheroma (deposit lemak pada dinding arteri) terbentuk, platelet pada darah akan terstimulasi untuk mengumpul di sekitar area ini dan membentuk pembekuan darah. Kelompok obat